Tuban (aksennews.com) — Banjir yang melanda Kecamatan Rengel pekan lalu merupakan salah satu fenomena musiman bagi warga sekitaran bantaran Sungai Bengawan Solo di wilayah tersebut, Selasa (19/3/2024).
Selain intensitas hujan yang tinggi, pemicu lain banjir akibat luapan sungai terpanjang di Pulau Jawa karena tanggul di sejumlah titik sungai yang kondisinya rendah.
Desa yang jadi langganan banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo dengan kondisi parah antara lain Desa Sumberejo, Kanorejo, Tambakrejo, Ngadirejo, dan Karangtinoto. Kelimanya di Kecamatan Rengel.
Kepala Desa Kanorejo Suyanto menyampaikan, setiap tahunnya masyarakat sepanjang bantaran sungai selalu was-was datangnya air luapan sungai. Apalagi, jika hujan deras melanda seperti yang terjadi sepekan terakhir.
Desa Kanorejo menjadi salah satu desa yang dampaknya terparah jika air Bengawan Solo meluap.
‘’Kami masih menunggu janji dari pembuatan tanggul, namun hingga kini kelanjutan pembangunannya belum ada kejelasan,’’ tutur dia.
Sebelumnya, pada 2015 Pemkab Tuban mengagendakan akan membangun tanggul sepanjang 25 kilometer (km) di bantaran Bengawan Solo.
Anggaran sebesar Rp 136 miliar itu rencananya dari anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) Tuban dan Jawa Timur.
Tanggul tersebut akan melintasi lima desa di Kecamatan Rengel dan lima desa di Kecamatan Soko.
Berdasarkan pantauan Jawa Pos Radar Tuban, pembangunan tanggul Bengawan Solo terakhir dilakukan pada tahun 2021 lalu.
Pembangunan terakhir itu menyelesaikan tanggul yang berada di Desa Ngadirejo sepanjang 2 kilometer (km), sementara Desa Kanorejo yang berada di sebelahnya belum mendapatkan sentuhan lagi.
‘’Desa sebelah sudah ada tanggul, sementara di desa kami masih belum juga dibangunkan tanggul,’’ ujar Suyanto.
Bukannya segera dibangunkan tanggul untuk meminimalisir banjir, Suyanto membeberkan bahwa pembebasan lahan di sepanjang bantaran sungai yang berada di Desa Kanorejo juga belum tuntas.
‘’Jika air Bengawan Solo meluap pasti lewatnya melalui Desa Kanorejo, sebab titik tersebut masih rendah jika dibandingkan dua desa sebelahnya yang sudah memiliki tanggul,’’ imbuhnya.
Akibat dari banjir tahunan tersebut, petani Desa Kanorejo hampir setiap tahun selalu merugi. Ratusan hektar lahan petani setempat selalu terendam.
‘’Tak hanya petani, saluran PDAM yang dekat dengan sungai selalu jadi korban banjir tahunan itu. Pastinya merugi setiap tahun,’’ tegas Suyanto.
Terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman (PUPR PRKP) Tuban Agung Supriyadi melalui Kabid Sumber Daya Air Ichwan Sulistyo menyampaikan, pembangunan tanggul merupakan kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo.
‘’Kami (DPUPR PRKP, Red) hanya pelaksana, terkait kelanjutan pembangunannya tinggal menunggu lanjutan dari pihak terkait,’’ tandasnya.
Sementara itu, berita ini masih membutuhkan konfirmasi dari pihak BBWS selaku satuan kerja yang menaungi pembangunan tanggul. (an/yud)