Kediri (aksennews.com) — Bagi standar masjid kampung, jelas Masjid Mohamad Ushuluddin Idris ini jauh melampuainya. Meniru desain Masjid Nabawi, tempat ibadah ini terlihat megah dengan puluhan kubahnya. Lebih-lebih bila tersorot lampu di malam hari, Senin (25/3/2024).
Masjid Mohamad Ushuluddin Idris tergolong baru. Bbelum lama diresmikan. Pembangunan masjid yang berada di Desa Seketi, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri ini baru selesai Juli 2023. Namun, keberadaannya langsung menarik perhatian masyarakat. Karena arsitekturnya yang terkesan megah. Terlebih untuk standar tempat ibadah yang berada di ‘kampung’.
Masjid ini memang berada di tengah permukiman. Namun demikian, puluhan kubah yang menghiasi masjid ini menjadi daya tarik tersendiri. Ini yang membuat proses pengerjaannya butuh waktu lama. Yaitu tiga tahun untuk menyelesaikan masjid yang berdiri di lahan seluas 30 meter persegi itu.
“Ini dulu awalnya musala tua dan madrasah, sudah ada dari tahun 1963,” ujar Basori, kepala Desa Seketi.
Seiring berjalannya waktu, madrasah semakin sepi. Tempat ibadah yang berdiri di atas tanah wakaf itupun kemudian diupayakan agar ramai kembali oleh jamaah.
“Akhirnya ada donatur. Aslinya warga sini, tapi sekarang tinggal di Kalimantan, namanya Pak Mohamad Hamid. Beliau ingin membangun masjid di sini. Setelah didiskusikan dengan masyarakat, ternyata disetujui,” lanjutnya.
Arsitektur masjid itu terinspirasi Masjid Nabawi, di Kota Madinah, Arab Saudi. Ciri khas yang diimplementasikan dalam desain masjid itu antara lain pintu dan kubah-kubah masjid.
“Dari donatur ingin suasana masjid di desa ini seperti punya ciri khas yang tidak ada di tempat lain. Selain itu juga supaya orang-orang yang belum pernah ke Masjid Nabawi bisa membayangkan, oh kira-kira seperti ini bentuknya di sana,” urainya.
Masjid ini memiliki lima kubah utama dengan ukuran besar. Selain itu, di sekelilingnya juga didukung dengan 16 kubah berukuran lebih kecil. Terdapat pula empat pintu utama. Seluruhnya didesain menyerupai pintu Masjid Nabawi. Yakni, sliding door ganda dengan corak warna keemasan.
“Pintu yang di Nabawi kan juga seperti ini. Kalau ini kayu jati kami pesan dari Mojokerto,” tandas pria yang juga menjabat pelindung masjid dalam susunan kepengurusan takmir ini.
Yang menarik dari masjid ini justru dari proses pembuatannya. Menurut Basori, seluruh proses pembangunan masjid dilakukan oleh warga setempat. Termasuk sentuhan ornamen-ornamen masjid yang dibantu oleh warga asli Desa Seketi yang juga seorang pelukis.
“Semua kaligrafinya itu dilukis manual sama warga asli sini. Tapi sekarang karena bekerja jadi menetapnya di Nganjuk,” sambungnya.
Memasuki interior masjid, goresan kaligrafi ayat-ayat suci memang langsung menarik mata. Mulai dari sebagian dinding hingga di seluruh atap kubah. Menariknya, kaligrafi tersebut merupakan hasil lukisan tangan secara manual. Salah satunya kaligrafi asmaul husna yang tersebar di kubah.
“Termasuk tiang penyangga ini dari bahan cor. Tapi dilukis sedemikian rupa sampai menyerupai pola kayu,” lanjutnya terkait tiang penyangga di dalam masjid yang bercorak serupa kayu tersebut.
Tak hanya itu, seni lukis di sana juga diwujudkan dalam ornamen-ornamen penunjang estetika. Seperti pilar di serambi masjid serta architrave atau lis kusen pintu yang dilukis menyerupai marmer.
“Sebenarnya pada dasarnya masjid ini dibangun agar bisa menghimpun banyak orang. Siapa saja, termasuk yang mungkin belum pernah ikut jemaah salat Jumat, boleh ikut ibadah di sini,” pungkasnya. (Adv)