Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Berita

Mahasiswa UB Ajak Ibu Posyandu Ubah Limbah Rumah Tangga Jadi Komposter Bernilai Jual

29
×

Mahasiswa UB Ajak Ibu Posyandu Ubah Limbah Rumah Tangga Jadi Komposter Bernilai Jual

Share this article
Example 468x60

Kediri (aksennews.com) — Mahasiswa Universitas Brawijaya yang tergabung dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) menggelar demonstrasi pembuatan komposter dari galon bekas dan limbah rumah tangga di Balai Desa Kampungbaru, Kecamatan Kepung, Kediri. Kegiatan ini bertajuk “Komposin Aja!” dan diikuti oleh sekitar 15 orang kader serta ibu-ibu Posyandu yang menunjukkan antusiasme tinggi sepanjang kegiatan berlangsung (31/07).

Pelatihan ini bertujuan untuk mengenalkan teknologi sederhana dalam pengolahan sampah organik rumah tangga menjadi kompos yang bermanfaat bagi tanaman dan lingkungan. Para peserta mengaku ini merupakan pengalaman pertama mereka membuat komposter secara mandiri menggunakan bahan-bahan bekas yang mudah ditemukan di sekitar. “Ini pertama kalinya tahu kalau galon bekas bisa dijadikan komposter. Ternyata caranya gampang dan bisa langsung dipraktikkan di rumah,” ujar salah satu peserta sambil tertawa kecil.

Example 300x600

Tingginya antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan selama sesi demonstrasi berlangsung. Salah satunya datang dari Bu Imah yang bertanya, “Apakah komposter harus menggunakan tutup galonnya?” Pertanyaan tersebut dijawab oleh Berlia, mahasiswa pertanian Universitas Brawijaya sekaligus penanggung jawab program. “Iya, harus menggunakan penutup, karena jika tidak, komposter akan mudah terkontaminasi oleh udara luar dan serangga,” jelasnya.

Berlia juga menambahkan bahwa komposter yang gagal umumnya ditandai dengan bau menyengat, munculnya banyak belatung, serta proses fermentasi yang tidak sempurna. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kesalahan dalam pembuatan, seperti tidak menutup galon dengan benar atau ketidakseimbangan antara bahan basah dan bahan kering.

Pertanyaan lainnya datang dari Bu Rita yang bertanya, “Apakah kompos tersebut bisa ditambahkan dengan bahan campuran seperti EM4 dan air cucian beras?” Zahra, mahasiswa Universitas Brawijaya, menjawab bahwa kompos memang dapat ditambahkan dengan air cucian beras untuk mempercepat proses fermentasi, serta EM4 sebagai aktivator untuk mempercepat penguraian bahan organik. Ia juga menjelaskan bahwa air lindi perlu dijemur terlebih dahulu hingga warnanya menjadi lebih pekat dan baunya tidak lagi menyengat. Setelah itu, air lindi dapat digunakan sebagai pupuk cair yang difermentasi selama dua minggu.

Pertanyaan menarik lainnya disampaikan oleh Bu Tika, salah satu peserta kegiatan. Ia bertanya, “Air lindi kan dapat menghasilkan pupuk organik cair. Nah, untuk sayuran yang telah tercampur dengan tanah dan seresah daun, apakah bisa digunakan juga?”

Zahra menjawab bahwa sayuran yang telah tercampur dengan tanah dan seresah daun sebenarnya merupakan bahan kompos yang dapat dimanfaatkan sebagai campuran media tanam. Dengan demikian, baik air lindi maupun bahan organik tersebut sama-sama bisa dimanfaatkan untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa KKN UB berharap masyarakat dapat lebih peduli terhadap pengelolaan limbah rumah tangga dan mulai memanfaatkan sampah organik menjadi sesuatu yang berguna. Selain membantu mengurangi volume sampah, kompos yang dihasilkan juga dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman di pekarangan rumah.

Program ini sekaligus menjadi wujud kontribusi nyata mahasiswa dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 8 tentang Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi melalui pemberdayaan masyarakat berbasis keterampilan, serta SDG 9 tentang Industri, Inovasi, dan Infrastruktur melalui pemanfaatan teknologi sederhana dan inovatif yang ramah lingkungan. (Tania)

Example 300250
Example 120x600

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *